Melewati 100 Hari Pemerintahan Prabowo : Petani Modern, Ujung Tombak Pembangunan Desa dan Pengentasan Kemiskinan
Padang, Lenteraindonews.com -- 27 Januari 2025 – Tepat seratus hari masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah meluncurkan Astacita, delapan cita-cita strategis untuk memajukan Indonesia. Astacita ke-6 menekankan “Membangun dari Desa dan Membangun dari Bawah” guna mencapai pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. Salah satu program andalannya adalah menjadikan profesi petani sebagai ujung tombak pembangunan pertanian.
MENGUTAMAKAN PERAN PETANI DALAM PEMBANGUNAN DESA
Pembangunan dari desa berarti menempatkan petani sebagai pelaku utama atau subjek pembangunan. Tiga pilar pokok yang membedakan profesi dari pekerjaan biasa adalah keahlian, pengetahuan, dan persiapan akademik.
Dalam konteks ini, profesi petani diharapkan mampu menghadirkan keandalan (reliable) dan kesesuaian (kompatibel) dengan perkembangan zaman. Petani yang telah memenuhi kualifikasi profesional tidak hanya diharapkan mampu meningkatkan produktivitas, tetapi juga menjadi ujung tombak inovasi dalam sektor pertanian.
PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESI PETANI
Mengadaptasi pengalaman sukses pada sektor pendidikan—di mana sarjana non-pendidikan dilatih menjadi guru melalui Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)—pemerintah berencana meluncurkan program serupa untuk petani. Melalui program “Petani Milenial,” para sarjana pertanian maupun non-pertanian yang baru lulus akan ditempa dalam dua semester intensif, meliputi:
- Teknik Pertanian Dasar:
Pengairan, pengolahan lahan, pembibitan, perawatan, pemanenan, hingga pascapanen.
- Pertanian Modern:
Penggunaan mekanisasi, otomatisasi, dan teknologi terkini seperti blockchain traceability guna meningkatkan transparansi dan efisiensi rantai pasok.
- Kode Etik dan Nilai:
Calon petani juga akan diberikan pelatihan tentang kode etik pertanian yang mencakup kepatuhan terhadap aturan tradisional (seperti aturan pengairan sawah di Ngawi) dan standar operasional prosedur (SOP) yang ketat untuk pertanian modern, terutama terkait penggunaan pestisida dan penerapan pertanian organik.
PENTINGNYA KODE ETIK BAGI PROFESI PETANI
Kode etik bagi petani diharapkan dapat membentuk karakter dan tanggung jawab profesional. Contoh kode etik berbasis kepatuhan diambil dari praktik di Ngawi, di mana petani sepakat mengenai waktu, ukuran bukaan saluran air, serta sanksi bagi pelanggar aturan. Sementara itu, di Amerika Serikat, petani menjalankan SOP yang ketat demi menjaga kualitas lingkungan dan perlindungan konsumen. Pelanggaran terhadap kode etik, seperti penggunaan pestisida yang tidak sesuai standar, akan berimbas pada hak asuransi tanaman dan dukungan pemerintah.
TANTANGAN DAN PELUANG KE DEPAN
Meski upaya profesionalisasi petani merupakan langkah logis dan strategis, tantangan tetap ada. Petani harus siap untuk terus memperbarui pengetahuan dan keahlian melalui pelatihan, workshop, pendidikan khusus, bahkan magang—baik di dalam maupun luar negeri. Mereka juga harus menghadapi ketidakpastian seperti serangan hama, bencana alam, dan fluktuasi harga pasar yang sulit diprediksi.
Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan program ini bergantung pada komitmen semua pihak untuk menciptakan ekosistem pertanian yang modern, transparan, dan berkeadilan. Dengan dukungan penuh dari sektor pendidikan dan teknologi, profesi petani diharapkan dapat merevitalisasi sektor pertanian, mendorong pertumbuhan ekonomi desa, dan pada akhirnya berkontribusi signifikan dalam pemberantasan kemiskinan.
"Program profesi petani merupakan salah satu wujud nyata dari Astacita ke-6 Presiden Prabowo Subianto. Dengan membekali petani dengan pendidikan, teknologi, dan etika profesional, diharapkan Indonesia dapat membangun masa depan pertanian yang lebih cerah dan merata, sejalan dengan visi pemerintahan yang progresif dan inklusif."
(Rinaldi)