Breaking News

Teknologi Biochar Menghemat 80 Persen Biaya Pupuk Petani Sawit

Workshop Sosialisasi Karbonisasi Tandan Kosong Sawit Dan Pemanfaatannya Sebagai Soil Conditioner Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Dan Kesuburan Tanah Pada Perkebunan Sawit (foto doc.LIN)



Padang, Lenteraindonews.com-- Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, Institut Pertanian Bogor (IPB), bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), menggelar kegiatan Workshop Sosialisasi Karbonisasi Tandan Kosong Sawit Dan Pemanfaatannya Sebagai Soil Conditioner Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Dan Kesuburan Tanah Pada Perkebunan Sawit,  Jumat (4-5/7/2024), di Truntum hotel Kota Padang.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Bambang Wiguritno mengatakan bahwa industri kelapa sawit saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Banyak regulasi yang mempersempit luasan perkebunan kelapa sawit, terutama dari KLHK.

“Memang, banyak perkebunan kelapa sawit yang masuk kawasan hutan. Tapi banyak juga kawasan hutan yang berada di kawasan perkebunan kelapa sawit. Ini disebabkan regulasi di Indonesia yang sering berubah-ubah.”
Dikatakan Bambang, Sumbar bukan penghasil kelapa sawit atau Cruid Palm Oil (CPO) terbesar. Sumbar hanya masuk 10 besar di Indonesia. Namun lahan perkebunan di Sumbar memiliki unsur hara yang baik, terutama di Pasaman Barat.

“Kita berharap, kegiatan sosialisasi yang digelar IPB University ini memberi banyak manfaat, karena tidak saja diikuti oleh akademisi, tapi juga pengusaha dan petani sawit,” ungkap Bambang.

Di Sumbar ada sekitar 450 ribu hektare kebun kelapa sawit. Namun, apabila semakin lama jumlahnya berkurang, tentu juga akan mempengaruhi BPDKS mengumpulkan dana untuk kegiatan-kegiatan penelitian dan sebagainya.
 
Ketua Panitia Pelaksana kegiatan, Prof. Dr. Erliza Hambali mengatakan bahwa saat ini banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan perkebunan sawit, termasuk besarnya biaya pengelolaannya karena tingginya harga pupuk dan mendapatkannya juga sulit.

“Karena itu, melalui berbagai penelitian yang.dilakukan, maka dilakukan Karbonisasi tandan kosong atau biochar. Selain mampu mengurangi kebutuhan pupuk hingga 20 persen, karbonisasi biochar juga mampu menyerap air sehingga mengurangi kebutuhan air kelapa sawit,” terang Prof. Erliza yang didampingi Dekan Fakultas Pertanian Unand, organisasi pekerja kebun sawit dan dari BRIN.

Ditambahkan, Tanaman yang diberikan biochar, bisa semakin subur karena memiliki microba yang banyak. Dengan begitu, tandan yang dihasilkan juga lebih besar dan banyak sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit.
“Bukan berarti harus tanpa.pupuk, tapi mengurangi kebutuhan pupuk. Karena pohon kelapa membutuhkan pupuk yang banyak agar dapat menghasilkan buah yang baik. Nah, dengan biochar dapat mengurangi biaya di perkebunan,” ucapnya.

Karbonisasi biochar ini sangat perlu disosialisasikan pada petani, untuk mengurangi kebutuhan pupuk. Karena, pupuk lebih banyak diimpor. Bahkan jika adalah masalah di luar negeri, seperti sekarang perang Rusia dengan Ukraina, otomatis harga pupuk juga naik dan tentunya juga sulit mendapatkannya.

Indonesia, sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia, menghasilkan sekitar 47 juta ton TKKS per tahun dari luas areal perkebunan sawit hampir 15,38 juta hektar pada 2022. TKKS, yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO), sejauh ini lebih banyak ditimbun atau dibakar, meskipun potensinya sebagai sumber daya bernilai tinggi sudah mulai dilirik.

Melalui proses karbonisasi, TKKS dapat diubah menjadi biochar, sebuah bahan yang berfungsi sebagai kondisioner tanah (soil conditioner). Biochar ini terbukti mampu mengurangi 80% dari total biaya operasional perkebunan kelapa sawit dan berdasarkan analisis PT BGA, penggunaan biochar dapat mengurangi kebutuhan pupuk NPK hingga 20%.

Biochar dari TKKS mengandung nutrisi penting seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg), serta berbagai mineral yang esensial bagi pertumbuhan kelapa sawit.

Dengan teknologi karbonisasi modern, proses pembuatan biochar dari TKKS membutuhkan waktu hanya 15-20 menit dengan rendemen sekitar 30%, di mana TKKS yang diolah memiliki kadar air di bawah 15%. Selain biochar, proses ini juga menghasilkan produk sampingan seperti liquid smoke dan tar. Liquid smoke dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri seperti pengawetan ikan dan bio-disinfektan, sementara tar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan.

Apabila seluruh TKKS yang ada di Indonesia, yang mencapai 47,21 juta ton, diolah melalui proses karbonisasi, maka akan dihasilkan sekitar 3,2 juta ton biochar setiap tahunnya. Ini cukup untuk diaplikasikan pada 483.000 hektar lahan kelapa sawit setiap tahun, dengan asumsi setiap hektar memerlukan 2,9 ton biochar selama lima tahun.

Dalam jangka panjang, implementasi biochar secara luas dapat berkontribusi pada keberlanjutan industri kelapa sawit di Indonesia.
(Aldi)