Breaking News

Siti Nurbaya : Kerja-Kerja KLHK Sarat Dengan Ilmu Pengetahuan Dan Butuh Teknik Serta Keilmuan Yang Cukup

 Menteri Siti usai memberikan Keynote Speech pada acara Pesona Kampus Hijau dengan tema diskusi "Keberhasilan Indonesia dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan" yang digelar di Kampus IPB Dramaga Bogor.


Jakarta, LenteraIndoNews.com -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkapkan peran penting keilmuan dunia kampus dalam arah pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan. Berbagai pergolakan diskursusnya pun ada di kampus, karena di kampus inilah gudangnya ilmu.

"Kita membutuhkan pengetahuan karena memang kalau kerja di lingkungan hidup dan kehutanan itu harus paham subyeknya, dan itu hanya bisa dengan pengetahuan yang cukup," kata Menteri Siti usai memberikan Keynote Speech pada acara Pesona Kampus Hijau dengan tema diskusi "Keberhasilan Indonesia dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan" yang digelar di Kampus IPB Dramaga Bogor, pada Rabu (27/3).


Menteri Siti juga menegaskan bahwa topik kebakaran hutan dan lahan adalah salah satu bagian dari pekerjaan yang sarat dengan ilmu pengetahuan dan membutuhkan teknik dan keilmuan yang cukup. Ia berharap kolaborasi acara seperti ini dapat dilanjutkan, dengan diskusi topik yang lain seperti ketahanan pangan, deforestasi, inovasi sosial dari aspek lingkungan, ekonomi biru, ekonomi hijau dan masih banyak lagi.


"Jadi semakin terlihat bahwa kolaborasinya memang harus kuat, pilihannya menurut saya tidak ada lagi. Saya 10 tahun menyelesaikan itu, dan luar biasa kalau tidak bersama-sama.


Tetapi ada catatannya, bersama-samanya harus produktif dan berada pada satu arah vektor," ucapnya.


Menteri Siti menyambut baik tentang langkah untuk membawa hal-hal praktis terkait dengan kebijakan, metodologi dan teknologi menyangkut bentang alam dan berbagai implikasinya untuk pendalaman di kampus. Dengan begitu, stakeholder yang tepat dapat memberikan catatan yang tepat pula.


Acara Pesona Kampus Hijau yang terselenggara berkat kerja sama KLHK, IPB University dan Media Indonesia ini merupakan salah satu upaya penyebarluasan informasi dan apresiasi kepada seluruh pihak, terkait upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.


Dari berbagai kejadian karhutla dan segala aspek yang berasosiasi dengannya, Pemerintah melakukan transformasi besar-besaran dan berbagai langkah korektif. Pemerintah bersama masyarakat juga mengubah paradigma penanganan karhutla dengan lebih mengedepankan upaya-upaya pencegahan.


Upaya pencegahan permanen diintegrasikan upaya teknologi, upaya operasi dan upaya tata kelola serta partisipasi publik telah membuahkan hasil yang baik. Strategi menuju solusi permanen pencegahan karhutla pun menunjukkan hasil nyata. Indonesia bisa menekan luas karhutla yang signifikan dari tahun ke tahun.


Pada Tahun 2023 yang lalu, Indonesia bisa menurunkan luas karhutla sebesar ±488.064,65 Ha atau 29,59% dibandingkan karhutla Tahun 2019. Bahkan menurut BMKG, Tahun 2023 intensitas El Nino pada level yang lebih kuat bila dibandingkan dengan El Nino pada Tahun 2019. Dalam rentang waktu selama hampir satu dekade ini, luas karhutla dari tahun ke tahun menurun 37% hingga 94% per tahun.


"Atas capaian tersebut, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang sangat tinggi kepada seluruh pihak atas kerjasama dan dukungan kerja bersama yang baik dan positif, konstruktif selama ini dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia," ujarnya.


Namun, Menteri Siti mengingatkan bahwa rasa bangga itu jangan sampai melepas kewaspadaan kita. Ke depan, kita tidak boleh lengah untuk terus mengantisipasi karhutla, karena karhutla masih berpotensi menjadi ancaman dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.


Diskusi hari ini yang membahas dinamika dan persoalan terkait pencegahan karhutla, menghadirkan narasumber Sekretaris Jenderal KLHK Bambang Hendroyono dan Rektor IPB University Prof. Arif Satria.


Kegiatan seperti ini diharapkan dapat berlanjut untuk tema penting berikutnya dan pola kerja ini dapat menjadi media untuk pembelajaran bersama, dan menjadi momen untuk semakin meningkatkan peran serta seluruh pihak dalam menjaga alam dan lingkungan kita tetap lestari.